Rabu, 01 Januari 2025

Yakinkah Eliminasi TB 2030 ?

oleh : Nesya Ardella Simamora

                

Indonesia dalam catatan laporan World Health Organization (WHO) dikatakan sebagai penyumbang kasus TBC tertinggi nomor dua di dunia setelah India dan saat ini dari tahun 2020 hingga tahun 2023 dilaporkan jumlah penderita TBC di Indonesia semakin meningkat.Mengapa hal ini bisa terjadi ? Bukankah Indonesia mempunyai visi “Eliminasi TB 2030” yang kelihatannya tidak sejalan dengan laporan yang menyatakan bahwa terjadi peningkatan kasus TB di Indonesia. Bukannya malah berkurang ditiap tahunnya malah sebaliknya. 

                Mengapa TB di Indonesia masih belum bisa dibasmi ? Apakah masalahnya terletak di anggaran yang kurang ? Namun hal ini sangat mustahil untuk dijadikan sebuah alasan mengapa permasalahan TB ini masih belum bisa ditangani secara tuntas karena sejauh ini sudah banyak bantuan dari luar negeri dan komitmen bersama secara internasional dan nasional yang dituangkan dalam End TB Strategy. Jika bukan titik permsalahannya terletak dianggaran, jadi apakah yang membuat TB ini semakin merajalela jumlah kasusnya ?

               Memang permsalahan Tb ini adalah suatu perkara yang holistik. Faktor resikonya yang banyak mulai dari faktor gizi, faktor lingkungan, faktor ekonomi dan juga bahkan faktor kepercayaan. Masih banyaknya mansyarakat Indonesia yang hidup dibawah garis kemiskinan. Sehingga untuk memenuhi standar makanan bergizi setiap harinya, banyak masyarakat yang masih belum mampu. Sehingga gizi yang tak terpenuhi menyebabkan seseorang mengalami penurunan imunitas dan akhirnya sangat mudah  diserang penyakit. Rumah yang berdempetan dan sangat kekurangan ventilai menimbulkan lingkungan yang lembab dan sangat disukai oleh bakteri untuk berkembang sehingga kejadian TB sangat mudah sekali terjadi. Dan masalah kepercayaan bahkan menjadi faktor resiko TB. Masayarakat terutama yang tinggal didaerah pedesaan masih sangat mempercayai hal mistis. Tidak sedikit yang masih percaya bahwa seseorang yang dijumpai batuh darah masyarakat setempat masih menyimpukan bahwa  seseorang yang batuk darah tersebut adalah korban guna-guna yang akhirnya tidak diobati dengan tepat.

               Melihat berbagai permasalahan ini, bisa kita tarik kesimpulan bahwasanya , penyakit TB ini adalah masalah yang sangat kompleks. Untuk itu dalam memberantasnya, diperlukan keterlibatan banyak pihak. Bukan hanya tugas seorang tenaga kesehatan namun upaya ini perlu dilakukan secara gotong royong. Pemerintah Pusat dan daerah, Tenaga Kesehatan, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat dan Masyarakat itu sendiri. Sudah saatnya kita berfikir untuk tidak hanya sekedar memberikan informasi demi informasi kepada masyarakat. ta[i sejatinya kesehatan masyarakat itu adalah membuat strategi-strategi pendekatan yang tepat kepada masyarakat. 

               Jika semua elemen bersatu saya yakin visi eliminasi TB 2030 di Indonesia pasti akan bisa kita wujudkan.Promosi kesehatan bukan lagi sekedar membagikan leaflet atau sejenisnya, tapi sudah saatnya kita berfikir langkah-langkah inovatif yang bisa kita lakukan untuk menyelesaikan masalah yang holistik ini.

 


Tidak ada komentar:

Ketika Rasa Malas Itu Muncul

by : Nesya Ardella Simamora Rutinitas yang kita lakukan setiap hari, mulai dari bangun tidur hingga kembali tidur saat malam hari, memang sa...