oleh : Nesya Ardella Simamora
Indonesia dalam catatan laporan World Health Organization
(WHO) dikatakan sebagai penyumbang kasus TBC tertinggi nomor dua di dunia
setelah India dan saat ini dari tahun 2020 hingga tahun 2023 dilaporkan jumlah
penderita TBC di Indonesia semakin meningkat.Mengapa hal ini bisa terjadi ?
Bukankah Indonesia mempunyai visi “Eliminasi TB 2030” yang kelihatannya tidak
sejalan dengan laporan yang menyatakan bahwa terjadi peningkatan kasus TB di
Indonesia. Bukannya malah berkurang ditiap tahunnya malah sebaliknya.
Mengapa TB di Indonesia masih belum bisa dibasmi ? Apakah
masalahnya terletak di anggaran yang kurang ? Namun hal ini sangat mustahil
untuk dijadikan sebuah alasan mengapa permasalahan TB ini masih belum bisa
ditangani secara tuntas karena sejauh ini sudah banyak bantuan dari luar negeri
dan komitmen bersama secara internasional dan nasional yang dituangkan dalam End
TB Strategy. Jika bukan titik permsalahannya terletak dianggaran, jadi
apakah yang membuat TB ini semakin merajalela jumlah kasusnya ?
Memang
permsalahan Tb ini adalah suatu perkara yang holistik. Faktor resikonya yang
banyak mulai dari faktor gizi, faktor lingkungan, faktor ekonomi dan juga
bahkan faktor kepercayaan. Masih banyaknya mansyarakat Indonesia yang hidup
dibawah garis kemiskinan. Sehingga untuk memenuhi standar makanan bergizi
setiap harinya, banyak masyarakat yang masih belum mampu. Sehingga gizi yang
tak terpenuhi menyebabkan seseorang mengalami penurunan imunitas dan akhirnya
sangat mudah diserang penyakit. Rumah yang berdempetan dan sangat
kekurangan ventilai menimbulkan lingkungan yang lembab dan sangat disukai oleh
bakteri untuk berkembang sehingga kejadian TB sangat mudah sekali terjadi. Dan
masalah kepercayaan bahkan menjadi faktor resiko TB. Masayarakat terutama yang
tinggal didaerah pedesaan masih sangat mempercayai hal mistis. Tidak sedikit
yang masih percaya bahwa seseorang yang dijumpai batuh darah masyarakat
setempat masih menyimpukan bahwa seseorang yang batuk darah tersebut
adalah korban guna-guna yang akhirnya tidak diobati dengan tepat.
Melihat
berbagai permasalahan ini, bisa kita tarik kesimpulan bahwasanya , penyakit TB
ini adalah masalah yang sangat kompleks. Untuk itu dalam memberantasnya,
diperlukan keterlibatan banyak pihak. Bukan hanya tugas seorang tenaga
kesehatan namun upaya ini perlu dilakukan secara gotong royong. Pemerintah
Pusat dan daerah, Tenaga Kesehatan, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat dan
Masyarakat itu sendiri. Sudah saatnya kita berfikir untuk tidak hanya sekedar
memberikan informasi demi informasi kepada masyarakat. ta[i sejatinya kesehatan
masyarakat itu adalah membuat strategi-strategi pendekatan yang tepat kepada
masyarakat.
Jika
semua elemen bersatu saya yakin visi eliminasi TB 2030 di Indonesia pasti akan
bisa kita wujudkan.Promosi kesehatan bukan lagi sekedar membagikan leaflet atau
sejenisnya, tapi sudah saatnya kita berfikir langkah-langkah inovatif yang bisa
kita lakukan untuk menyelesaikan masalah yang holistik ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar